1. Home
  2. »
  3. News Opinion
  4. »
  5. Mengulik Sejarah Suku Kaili, Baju Adat yang Dipakai Sandiaga Uno Saat Upacara

Mengulik Sejarah Suku Kaili, Baju Adat yang Dipakai Sandiaga Uno Saat Upacara

Sandiaga Uno Upacara

Menteri Pendidikan kita yaitu Bapak Sandiaga Salahudin Uno, mengenakan salah satu pakaian adat yang berasal dari pulau Sulawesi, yaitu Sulawesi Tengah. Penampilan menarik Bapak Sandiaga Uno, dikhususkan untuk menyambut hari kemerdekaan Indonesia yang berumur 77 Tahun.

Pakaian yang dipakai beliau dibuat memakai kain tenun yang tentunya ditenun dengan menggunakan alat tradisional khas Suku Kaili, bukan lewat mesin jahit otomatis. Ciri khas yang bisa terlihat dari pakaian adat ini adalah hadirnya Siga sebagai aksesoris kepala yang menggambarkan simbol kebesaran masyarakat Kaili.

Suku Kaili merupakan salah satu suku yang mendiami sebagian besar wilayah di Propinsi Sulawesi Tengah. Suku Kaili terbagi dalam beberapa sub-suku, yang masing-masing memiliki bahasa percakapan yang berbeda. Kali ini Laycation akan membahas keunikan Suku Kaili

Sejarah Suku Kaili

sejarah suku kaili

Suku Kaili mungkin masih sangat lah asing di telinga kamu. Namun sebenarnya Suku Kaili ini merupakan suku yang mendiami lembah palu atau bisa disebut sebagai suku asli di Lembah Palu kini menjadi Kota Palu. Lembah palu dahulu merupakan laut yang membujur ke Selatan dari Tanjung Karang sampai Bangga. Pakuli, Bangga, dan Sombe adalah pelabuhan-pelabuhan yang ternama pada waktu itu.

Dikatakan dalam sejarah bahwa suku kaili dulunya bermigrasi dari punggungan Gunung Ulayo ke Lembah Palu. Nah, mereka ini bermigrasi dengan tujuan untuk mencari lokasi hunian yang lebih landai. Penduduk Kaili di masa lalu, cenderung tidak bermukim di kawasan yang curam atau terjal di Duyu. Mereka cenderung memilih lahan yang lebih landai dan rata.

Alasan kenapa lokasi ini menjadi pilihan tujuan bermigrasi dari peggunungan ialah karena lokasi tersebut terletak di antara dua aliran sungai dan terletak di antara dua segmen sesar. Sesar tersebut melewati kawasan Pengawu di sebelah timur dan di punggun perbukitan sebelah barat Duyu. Seringkali penduduk Kaili menggunanakan perahu sebagai alat transportasi untuk menghubungkan antara kampung yang satu dan kampung lainya.

Menurut beberapa cerita, dahulu di puncak gunung di Pakuli ada sebatang pohon yang amat tinggi, namanya “Ntiro tasi”. Pohon inilah yang merupakan pedoman bagi para penduduk yang mengadakan pelayaran kemana-mana. Konon, pohon inilah yang juga dinamakan pohon Kaili. Mungkin dari nama inilah asal nama suku bangsa Kaili.

Saat itu, ada empat suku yang tinggal di Lembah Palu, yakni To Palu, To Biromari, To Sigi, dan To Dolo. Menurut riset wilayah ini menjadi sentra pembuatan gerabah, serta merupakan ciri peradaban atau tradisi megalitik muda, yang mulai berkembang pada sekitar abad 9 masehi.

Pada masa sekarang Suku Kaili mendiami sebagian besar wilayah di Provinisi Sulawesi Tengah meliputa Kota Palu sendiri, diikuti oleh Kabupaten Donggala, Kabupaten Kulawi, Parigi dan Ampana serta Sebagian KabupatenPoso dan sejumlah kecil mendiami kabuaten lainya seperti Kabupaten Buol dan Kabupaten Toli – Toli.

Penyebaran Suku Kaili ini begitu luas karena di masa lalu suku ini berkembang dengan sistem kawin sesama dan akhirnya mulai menyebar ke daerah yang lebih luas. Bersumber dari kebiasaan Ada Nosibolai yang menyebutkan bahwa kebiasaan ini merupakan kebiasaan para bangsawan yang menyebarkan turunanya melalui perkawinan antar keluarga. Oleh karena itu, orang-orang suku Kaili memiliki ikatan kekeluargaan yang erat karena dijalin oleh tali perkawinan keluarga.

Bahasa Daerah Suku Kaili

Bahasa Kaili memiliki dialek dan subdialek yang beragam lho gengs, bayangin aja nih dialek yang terdapat di bahasa Kaili jumlahnya mencapai 24 dialek dan di beberapa dialek yang udah disebutkan, masih ada subdialek dibawahnya lagi. Rumit ya kalo dibayangin :”).

Tentunya banyaknya macam dialek Bahasa Kaili tidak terjadi tanpa sebab begitu saja, melainkan Raja yang berkuasa saat itu lah yang membagi bahasa-bahasa tersebut sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Fenomena pembagian bahasa ini sempat jadi perseteruan yang mengakubatkan perang saudara antar suku lho gengs. Namun, dikala pertikaian berlangsung mereka berembuk untuk menciptakan kebersamaan diatas perbedaan, saat itulah lahir sebuah konsep yang bernama sintuvu. 

Sintuvu dianggap sebagai prinsip hidup bersama dalam masyarakat Kaili yang sekaligus menggambarkan karakteristik orang Kaili yang mengutamakan kekeluargaan dan kemufakatan dalam realitas konkret hidup bermasyarakat. Nah karena itulah gengs konsep Sintuvu ini menjadi sebuah prinsip yang berhasil menyatukan banyak nya perbedaan di masyarakat Kaili.

Adat Istiadat Suku

Disamping dialek bahasa nya yang begitu banyak, sama halnya dengan adat istiadatnya. Suku kaili memiliki upacara adat yang cukup beragam dan banyak. Seperti proses untuk membuka ladang baru hingga panen saja, Suku Kaili memiliki upacara adat sendiri yang disebut upacara Adan Tane. Upacara ini biasanya berupa perbuatan suci dan kepercayaan terhadap leluhur atau nenek moyan yang dianggap pengusaha tanah oleh mereka yaitu To Manuru, yang mana memiliki arti kesuburan, kebersihan atau kegagalan. Dan masih banyak lagi upacara yang menjadi ciri khas Suku Kaili yaitu diantaralain:

  • Balia Tampilangi: Upacara pembukaan ladang baru
  • Nantahu: Upacara menebang hutan
  • Nalili Bane: Upacara mengelilingi padi
  • Nabalia: Upacara menanam benih atau Notuda
  • No Unju Bosu: Upacara saat oadu yang ditanam sudah mulai berisi
  • Nomparaya: Upacara mengadakan Sesajian
  • No Ktot: Upacara memetik padi
  • Nopinji: Upacara memberi sesajian
  • Nanjalo: Pesta selametan panen
  • Nowunja: Pesta panen secara massal yang mengambil lokasi di rumah adat masyarakat Kaili

Uniknya lagi nih gengs ada juga upacara soal siklus kehidupan manusia. Hampir keseluruhan masyarakat di Sulawesi Tengah, selalu ada upacaranya. Dari kelahiran bayi yaitu upacara masa hamil, sampai si anak tersebut menikah pun ada upacaranya.

Tarian Adat Suku Kaili

Selain ciri khas upacara adatnya yang beragam, Suku Kaili juga memiliki tarian yang cukup beragam lho gengs. Gak cuma sekedar tarian dengan gerakan asal tapi ada makna tertentu di setiap tariannya seperti

  1. Tari Adat Pontanu
    Memiliki arti sebagai perwujudan apresiasi terhadap para penenun kain sarung yang berasal dari daerah Donggala
  2. Tari Torompio
    Menampilkan para pemuda – pemudi yang bergerak dengan simbol berputar-putas dalam gerakan penarinya, tarian ini menggambarkan seseorang yang sedang dimabuk asmara.
  3. Tari Pamonte
    Tarian ini menggambarkan kebiasaan dan kebiasaan para gadis dan kaum wanita Suku Kaili yang hidup dengan bertani dan kerap menyambut musim panen yang akan datang.
  4. Tari Dero/Modero
    Melambangkan perasaan suka dan cita serta berbahagia terhadap terhadap tuhan sebagai rasa syukur dalam menyambut panen raya.
  5. Tari Raego/Raigo/Rego
    Sebagai bentuk ungkapan akan rasa bersyukur, rasa gembira, rasa simpati dan sebagai pemujaan kepada Tuhan yang menciptakan.
  6. Tari Balia
    Tarian ini merupakan sebuah bentuk kepercayaan animisme masyarakat tentang para dewa dan nenek moyang mereka yang dianggap sakral.

Pakaian Adat

baju ngembe

Suku Kaili pun memiliki pakaian adat nya sendiri yang biasa digunakan disaat upacara adat berlangsung. Nama baju adat tersebut adalah Nggembe, pakaian yang satu ini merupakan busana yang dipakai oleh para kaum wanita atau remaja putri. Sementara baju untuk Pria adalah Baju Koje.

Pakaian yang dikenakan oleh Suku Kaili berbahan kain lembut yang dibentuk lengan panjan yang kemuduan, ditambah dengan hiasan di bagian dada berupa bordir berbentuk bunga dan manik-manik.

Demikian lah ulasan mengenai Suku Kaili. Keberadaan suku ini menjadi sebuah gambaran akan kentalnya budaya dan manisnya sejarah yang membahas Suku Kaili. Terlepas dari itu semua, Indonesia memiliki banyak suku yang masih belum terekspose. Stay tune in Laycation.

Share:

More Posts

Kategori

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Index